Senin, 11 Februari 2013
Browse Manual »
Wiring »
PENGARUH PENGOLAHAN KEONG RAWA “KALAMBUAI” TERHADAP KANDUNGAN POTEIN DAN NILAI ENERGI METABOLIS
PENGARUH PENGOLAHAN KEONG RAWA “KALAMBUAI”
TERHADAP KANDUNGAN POTEIN DAN
NILAI ENERGI METABOLIS
(The Effect of the Processing Methodes Fresh Water Snail “Kalambuai” on Protein and Metabolizable Energy)
Siti Dharmawati , Nordiansyah Firahmi
ABSTRACT
The research was conducted at Laboratory of Poultry of Agriculture Faculty Islam Kalimantan Univercity, Banjarmasin – to to evaluate the effect of processing methodes fresh water snail on potein and Metabolizable Energy. Thirty two Alabio Duck were used in the study . The experiment was done based on Completely Randomized Design of factorial (3x4) , consisted of two factors treatments, one factors is varian fresh water snail (P. glauca and P. Canaliculata) and the second factors is the processing methodes (steam, Acid silage, biological silage and tepsil ). Test significance the continued Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Result of this experiment showed that treatments influence was significantly on protein and Metabolizable Energy the fresh water snail “Kalambuai” . The methode biological silage of fresh water snail could increasing nutrient composition and Metabolizable Energy (P<0,05)
Keywords : Processing, Fresh Water Snail “Kalambuai”, nutrient composition Metabolizable Energy
PENDAHULUAN
Kalimantan selatan memiliki luas 3.737.743 Ha dengan kondisi geografis sebagian besar adalah rawa yang luasnya 800.000 Ha, terdiri dari 500.000 Ha rawa monoton, 200.000 Ha rawa pasang surut dan 100.000 Ha kawasan banjir. Adanya rawa pasang surut di wilayah Kalimantan Selatan, memungkinkan pertanian di Kalimantan Selatan berlangsung sepanjang tahun. Di kawasan ini merupakan habitat potensial bagi pertumbuhan dan perkembangan keong air tawar/rawa yang dalam bahasa daerahnya disebut kalambuai (Dinas Peternakan Tingkat I Kalimantan Selatan, 1999).
Hasil penelitian pendahuluan, ternyata keong rawa memenuhi syarat untuk menggantikan tepung ikan karena mengandung proteinnya relatif sama dengan tepung ikan yaitu sebesar 57,43%. Dari hasil penelitian juga diketahui tepung keong rawa mengandung zat anti nutrisi yang dapat menghambat pertumbuhan ternak. Zat-zat anti nutrisi yang dimaksud adalah asam tanin 692 mg/100 g (Dharmawati, 2006), selain itu terdapat juga asam oksalat 381 mg/100 g dan asam hidrosianin 112 mg/100 g (Udoh, 1994). Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pengolahan untuk mengeliminir anti nutrisi dan bakteri tersebut. Disisi lain pengolahan dapat mempengaruhi dan melarutkan nutrien yang terdapat pada daging keong rawa terutama protein dan energi metabolis sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menentukan metode pengolahan yang tepat agar diperoleh olahan keong rawa yang bernilai protein dan energi metabolis tinggi
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah keong rawa yang terdiri dari dua spesies (Pomacea glauca atau kalambuai) dan Pomacea canaliculata atau keong mas/murbei).
Sistem kandang yang digunakan adalah dengan menggunakan kandang battery digunakan sebanyak 32 unit masing-masing berukuran 45x20x45 cm2 ditempati oleh satu ekor itik yang dilengkapi tempat pakan dan minum. Peralatan lain yang digunakan adalah hammermill, kantong plastik transparan, pompa vacuum, timbangan ohaus, timbangan analitik, lakban, pisau bedah, alat semprot, aluminium foil, tali rapia dan perangkat analisa proksimat.
Perlakuan
Perlakuan merupakan kombinasi jenis keong yaitu Spesies Pomacea glauca dan Pomacea Canaliculata dengan metode pengolahan yang terdiri dari dikukus, silase asam, silase biologi dan tepsil.
Pelaksanaan
Dalam penelitian ini digunakan tepung daging keong rawa yang diolah melalui (1) pengukusan (2) silase biologi (ensiling) (3) silase asam dan (4) tepsil. Selanjutnya keong rawa yang diolah dengan menggunakan ke empat metode tersebut dianalisis kandungan proteinnya dengan menggunakan metode proksimat (AOAC, 1990), sedangkan pengujinan energi metabolis dilakukan secara biologis pada I itik Alabio jantan. Metode yang digunakan untuk menentukan nilai energi metabolis dengan menggunakan metode Sibbald dan Morse (1983) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
MEn (kkal/kg) = (EBpxA) – (JexEBe) – [ (AxNP)/100 - (Jcx Ne)/100] x 8,22
A
Dimana :
MEn = Energi metabolis yang dikoreksi oleh N yang diretensi (Kkal/kg)
EBp = Energi bruto pakan
EBe = Energi bruto ekskreta
A = Banyaknya bahan yang dikonsumsi tiap ekor itik Alabio (g/hari)
Je = Jumlah ekskreta (g/hari)
Np = N pakan (%)
Ne = N ekskreta
8,22 = Konstanta energi N yang diretensi (faktor konversi)
Pengamatan
Variabel yang akan diamati dalam penelitian adalah kandungan protein dan energi metabolis keong rawa “Kalambuai” hasil olahan.
Analisis Data
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial yang terdiri 4 perlakuan dan 4 ulangan dengan pola 2x4x4. Faktor a terdiri dari keong spesies Pomacea glauca/kalambuai (K) dan spesies Pomacea canaliculata/murbei (M). Faktor b terdiri dari Tepung keong kukus (K1), Silase biologi (K2), Silase Asam (K3) dan Tepsil (K4). Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan sidik ragam (Steel dan Torrie, 1995). Jika terdapat perbedaan pengaruh perlakuan, akan dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan (DMRT).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Nutrient Keong Rawa ‘Kalambuai”
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bahwa spesies keong rawa “kalambuai” memberikan pengaruh yang nyata terhadap protein tepung keong rawa “kalambuai”.
Tabel 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Komposisi Nutrient Tepung Keong Rawa “Kalambuai”
Perlakuan Protein
Jenis Keong :
1. P.Glauca
2. P.Canaliculata
Signifikansi
54,505a
53,799b
**
Metode Pengolahan:
Kukus
S.Asam
S.Biologi
Tepsil
Signifikansi
50,380a
53,883b
55,488c
56,857d
**
abcd Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris atau kolom menunjukkan perbedaan (P<0,05)
Pada keong spesies Pomacea glauca mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan spesies Pomacea canaliculata lebih rendah. Menurut Maynard (1985), bahwa kandungan komposisi nutrient suatu produk dipengaruhi oleh spesies dan cara pengolahan. Tingginya kandungan protein keong spesies Pomacea glauca dibandingkan Pomacea canaliculata diduga erat hubungannya dengan komposisi gizi saat kedua spesies keong ini sebelum dilakukan pengolahan. Hasil penelitian Dharmawati (2004) menunjukkan bahwa dalam bentuk segar kandungan nutrient keong spesies Pomacea glauca lebih tinggi (protein 48,75%) lebih tinggi dibandingkan dengan spesies Pomacea canaliculata (Protein 28,45%, lemak 1,45%, serat kasar 15,45%, Ca 15,24% dan fosfor 0,13%). Sejalan dengan penelitian Suwarni (1988) dan Riani (1990 , 1992) terhadap keong air tawar (keong mas) bahwa kandungan protein relatif rendah yaitu 15,58%.
Tabel 2. Interaksi Spesies dan Pengolahan Keong Rawa “Kalambuai” terhadap Komposisi Nutrient Tepung Keong Rawa
Spesies keong Pengolahan Kandungan Protein
P. Glauca Kukus 49.85a
S. Asam 49.99a
S. Biologi 61.64e
Tepsil 53.70c
P. Canaliculata Kukus 50.91a
S. Asam 52.06b
S.Biologi 57.78d
Tepsil 57.28d
abcdefg Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris atau kolom menunjukkan perbedaan (P<0,05)
Tingginya protein tepung keong rawa yang diolah dengan menggunakan metode biologi diduga karena ada kegiatan mikroba dalam hal ini Lactobacillus sp pada bahan organik yang digunakan. Adanya mikroba-mikroba ini diduga turut menyumbangkan protein pada bahan pakan yang difermentasi. Menurut Harjo dkk (1989) penggunaan bakteri asam laktat pada bahan padat dalam proses fermentasi akan meningkatkan protein sekitar 14- 18% lebih besar dari bahan sebelum difermentasi.
Energi Metabolis (kkal/kg)
Rataan Energi metabolis keong rawa “kalambuai” hasil olahan disajikan pada Tabel 3. Nilai energi metabolis keong rawa spesies P.Glauca memperlihatkan energi metabolis lebih tinggi dibanding keong rawa spesies P.Canaliculata, hal ini menunjukkan bahwa spesies P.Glauca lebih efisien digunakan. Lebih efisiennya keong rawa spesies P.Glauca karena struktur keong rawa tersebut lebih sedikit lebih lunak dibanding dengan P.Canaliculata.
Tabel 3. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Energi Metabolis Tepung Keong Rawa “Kalambuai”
Perlakuan Nilai energi metabolis (kkal/kg)
Jenis Keong :
1. P.Glauca
2. P.Canaliculata
Signifikansi
2941.486b
2882.573a
**
Metode Pengolahan :
Kukus
S.Asam
S.Biologi
Tepsil
Signifikansi
2763.504a
2964.670b
2952.437b
2967.507b
**
ab Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris atau kolom menunjukkan perbedaan (P<0,05)
Berdasarkan metode pengolahan, nilai energi metabolis terendah terdapat pada perlakuan keong rawa yang diolah dengan metode dikukus, sedangkan keong rawa yang diolah dengan metode silase asam, biologi dan tepsil tidak berbeda nyata. Diduga ketiga metode tersebut, terjadi penguraian zat-zat yang menghalangi kecernaan seperti tanin yang terdapat di dalam tepung keong rawa menjadi hilang, sehingga komponen zat-zat gizi yang terdapat dalam tepung keong menjadi mudah dicerna. Sejalan dengan pendapat Mc Donald (1978) dan Williams et al ., (1990), bahwa daya cerna merupakan faktor yang mempengaruhi energi metabolis pakan, daya cerna yang rendah menyebabkan banyak energi yang hilang melalui feses.
Tabel 4. Interaksi Spesies dan Metode Pengolahan terhadap Nilai Energi Metabolis Tepung Keong Rawa “Kalambuai”
Jenis keong
Energi Metabolis akibat pengolahan (kkal/kg)
Kukus (K)
Silase asam
(A)
Silase Biologi (B)
Tepsil
(T)
Spesies “Pomacea Glauca”
2783.02a 2948.77b 3076.44c 2957.72b
Spesies “Pomacea canaliculata”
2743.99a 2980.57bc 2828.44a 2977.29bc
abc Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris atau kolom menunjukkan perbedaan (P<0,05)
Secara umum baik P. Glauca maupun P. Canaliculata yang diolah dengan silase dan tepsil nilai energi metabolisnya meningkat dibandingkan dengan yang dikukus. Perbedaan ini erat hubungannya dengan komposisi nutrient dari masing-masing perlakuan disamping berbedanya metode pengolahan keong tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
Secara umum pengolahan keong rawa yang diolah dengan metode silase biologi memiliki nilai pakan yang terbaik ditinjau dari kandungan dan nilai energi metabolis.. Spesies P. Glauca mengandung protein lebih tinggi dibandingkan spesies P. Canaliculata
Saran-saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan disarankan Untuk mendapatkan hasil olahan terbaik keong rawa dapat diolah dengan metode silase biologi.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor, hal : 61-63
Anonim, 1999. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Tingkat I Kalimantan Selatan Tahun 1999/2000. Dinas Peternakan Tingkat I Kalimantan Selatan. Banjarbaru-Kalimantan Selatan, hal : 36
Antawidjaja, T., Bintang, I.A.K. Supriyati., Sinurat, A.P. dan Kompiang, I.P. 1997. Penggunaan Ampas Kirai (Metroxylon Sago) dan Hasil Fermentasinya sebagai Bahan Pakan Itik Yang sedang Tumbuh. Jurnal Ilmu ternak dan Veteriner 2 (3) : 175-180.
AOAC, 1990. Official Methods of Analysis Association of Official Analytical Chemists. Method. Washington D.C. pp. 15-982 ; 1096-1098
Dharmawati, S. 2004. Pengaruh Pengolahan terhadap Kandungan Tanin dan Asam Amino Keong Mas. Hasil Penelitian. Faperta Uniska Banjarmasin.
Dharmawati, S, 2006. Pengaruh Pengolahan Keong Rawa “Kalambuai” terhadap Nilai Energi Metabolis dan Kecernaan Protein Serta Implikasinya pada Ayam Broiler. Hasil Penelitian. Faperta Uniska Banjarmasin.
Harjo, S., Indrasti, N.S., Bantecut, T. 1989. Biokonversi Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Dirjen Dikti. PAU Pangan dan dan Gizi. IOB. Bogor. Hal 90-103.
Maynard, A.L., Loosli, K.J., Hinzt, H., and Warner, G.R. 1980. Animal Nutrition. Seventh Edition. Mc Graw – Hill Book Company, Philippine. pp. 136 – 416.
Riani, E. 1992. Beberapa Aspek Keong Murbei (Pomacea sp). Tesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Sibbald, I.R. and P.M. Morse, 1983. Effect of Nitrogen Correction and of Feed Intake on True Metabolizable Energy Value. Poultry Sci. 62 : 138-142.
Steel, R.G.D. and Torrie, J.H. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika (Suatu Pendekatan Biometrik). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal : 48 – 233.
Udoh, A.P. E.O. Akpanyung dan I. E. Igiran, 1994. Nutrients and Anti Nutrient in Small Snails. Departemen of Chemistry and Biochemistry. University of UYO. Uyo Akwa, Ibon State. Nigeria. pp. 124-125
Wahju, J. 1994. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal : 14-23
Williams, G. dan W. J. A. Payne, 1990. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sumber Tulisan : http://tulisandharmawati.blogspot.com
PENGARUH PENGOLAHAN KEONG RAWA “KALAMBUAI” TERHADAP KANDUNGAN POTEIN DAN NILAI ENERGI METABOLIS
TERHADAP KANDUNGAN POTEIN DAN
NILAI ENERGI METABOLIS
(The Effect of the Processing Methodes Fresh Water Snail “Kalambuai” on Protein and Metabolizable Energy)
Siti Dharmawati , Nordiansyah Firahmi
ABSTRACT
The research was conducted at Laboratory of Poultry of Agriculture Faculty Islam Kalimantan Univercity, Banjarmasin – to to evaluate the effect of processing methodes fresh water snail on potein and Metabolizable Energy. Thirty two Alabio Duck were used in the study . The experiment was done based on Completely Randomized Design of factorial (3x4) , consisted of two factors treatments, one factors is varian fresh water snail (P. glauca and P. Canaliculata) and the second factors is the processing methodes (steam, Acid silage, biological silage and tepsil ). Test significance the continued Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Result of this experiment showed that treatments influence was significantly on protein and Metabolizable Energy the fresh water snail “Kalambuai” . The methode biological silage of fresh water snail could increasing nutrient composition and Metabolizable Energy (P<0,05)
Keywords : Processing, Fresh Water Snail “Kalambuai”, nutrient composition Metabolizable Energy
PENDAHULUAN
Kalimantan selatan memiliki luas 3.737.743 Ha dengan kondisi geografis sebagian besar adalah rawa yang luasnya 800.000 Ha, terdiri dari 500.000 Ha rawa monoton, 200.000 Ha rawa pasang surut dan 100.000 Ha kawasan banjir. Adanya rawa pasang surut di wilayah Kalimantan Selatan, memungkinkan pertanian di Kalimantan Selatan berlangsung sepanjang tahun. Di kawasan ini merupakan habitat potensial bagi pertumbuhan dan perkembangan keong air tawar/rawa yang dalam bahasa daerahnya disebut kalambuai (Dinas Peternakan Tingkat I Kalimantan Selatan, 1999).
Hasil penelitian pendahuluan, ternyata keong rawa memenuhi syarat untuk menggantikan tepung ikan karena mengandung proteinnya relatif sama dengan tepung ikan yaitu sebesar 57,43%. Dari hasil penelitian juga diketahui tepung keong rawa mengandung zat anti nutrisi yang dapat menghambat pertumbuhan ternak. Zat-zat anti nutrisi yang dimaksud adalah asam tanin 692 mg/100 g (Dharmawati, 2006), selain itu terdapat juga asam oksalat 381 mg/100 g dan asam hidrosianin 112 mg/100 g (Udoh, 1994). Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pengolahan untuk mengeliminir anti nutrisi dan bakteri tersebut. Disisi lain pengolahan dapat mempengaruhi dan melarutkan nutrien yang terdapat pada daging keong rawa terutama protein dan energi metabolis sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menentukan metode pengolahan yang tepat agar diperoleh olahan keong rawa yang bernilai protein dan energi metabolis tinggi
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah keong rawa yang terdiri dari dua spesies (Pomacea glauca atau kalambuai) dan Pomacea canaliculata atau keong mas/murbei).
Sistem kandang yang digunakan adalah dengan menggunakan kandang battery digunakan sebanyak 32 unit masing-masing berukuran 45x20x45 cm2 ditempati oleh satu ekor itik yang dilengkapi tempat pakan dan minum. Peralatan lain yang digunakan adalah hammermill, kantong plastik transparan, pompa vacuum, timbangan ohaus, timbangan analitik, lakban, pisau bedah, alat semprot, aluminium foil, tali rapia dan perangkat analisa proksimat.
Perlakuan
Perlakuan merupakan kombinasi jenis keong yaitu Spesies Pomacea glauca dan Pomacea Canaliculata dengan metode pengolahan yang terdiri dari dikukus, silase asam, silase biologi dan tepsil.
Pelaksanaan
Dalam penelitian ini digunakan tepung daging keong rawa yang diolah melalui (1) pengukusan (2) silase biologi (ensiling) (3) silase asam dan (4) tepsil. Selanjutnya keong rawa yang diolah dengan menggunakan ke empat metode tersebut dianalisis kandungan proteinnya dengan menggunakan metode proksimat (AOAC, 1990), sedangkan pengujinan energi metabolis dilakukan secara biologis pada I itik Alabio jantan. Metode yang digunakan untuk menentukan nilai energi metabolis dengan menggunakan metode Sibbald dan Morse (1983) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
MEn (kkal/kg) = (EBpxA) – (JexEBe) – [ (AxNP)/100 - (Jcx Ne)/100] x 8,22
A
Dimana :
MEn = Energi metabolis yang dikoreksi oleh N yang diretensi (Kkal/kg)
EBp = Energi bruto pakan
EBe = Energi bruto ekskreta
A = Banyaknya bahan yang dikonsumsi tiap ekor itik Alabio (g/hari)
Je = Jumlah ekskreta (g/hari)
Np = N pakan (%)
Ne = N ekskreta
8,22 = Konstanta energi N yang diretensi (faktor konversi)
Pengamatan
Variabel yang akan diamati dalam penelitian adalah kandungan protein dan energi metabolis keong rawa “Kalambuai” hasil olahan.
Analisis Data
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial yang terdiri 4 perlakuan dan 4 ulangan dengan pola 2x4x4. Faktor a terdiri dari keong spesies Pomacea glauca/kalambuai (K) dan spesies Pomacea canaliculata/murbei (M). Faktor b terdiri dari Tepung keong kukus (K1), Silase biologi (K2), Silase Asam (K3) dan Tepsil (K4). Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan sidik ragam (Steel dan Torrie, 1995). Jika terdapat perbedaan pengaruh perlakuan, akan dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan (DMRT).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Nutrient Keong Rawa ‘Kalambuai”
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bahwa spesies keong rawa “kalambuai” memberikan pengaruh yang nyata terhadap protein tepung keong rawa “kalambuai”.
Tabel 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Komposisi Nutrient Tepung Keong Rawa “Kalambuai”
Perlakuan Protein
Jenis Keong :
1. P.Glauca
2. P.Canaliculata
Signifikansi
54,505a
53,799b
**
Metode Pengolahan:
Kukus
S.Asam
S.Biologi
Tepsil
Signifikansi
50,380a
53,883b
55,488c
56,857d
**
abcd Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris atau kolom menunjukkan perbedaan (P<0,05)
Pada keong spesies Pomacea glauca mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan spesies Pomacea canaliculata lebih rendah. Menurut Maynard (1985), bahwa kandungan komposisi nutrient suatu produk dipengaruhi oleh spesies dan cara pengolahan. Tingginya kandungan protein keong spesies Pomacea glauca dibandingkan Pomacea canaliculata diduga erat hubungannya dengan komposisi gizi saat kedua spesies keong ini sebelum dilakukan pengolahan. Hasil penelitian Dharmawati (2004) menunjukkan bahwa dalam bentuk segar kandungan nutrient keong spesies Pomacea glauca lebih tinggi (protein 48,75%) lebih tinggi dibandingkan dengan spesies Pomacea canaliculata (Protein 28,45%, lemak 1,45%, serat kasar 15,45%, Ca 15,24% dan fosfor 0,13%). Sejalan dengan penelitian Suwarni (1988) dan Riani (1990 , 1992) terhadap keong air tawar (keong mas) bahwa kandungan protein relatif rendah yaitu 15,58%.
Tabel 2. Interaksi Spesies dan Pengolahan Keong Rawa “Kalambuai” terhadap Komposisi Nutrient Tepung Keong Rawa
Spesies keong Pengolahan Kandungan Protein
P. Glauca Kukus 49.85a
S. Asam 49.99a
S. Biologi 61.64e
Tepsil 53.70c
P. Canaliculata Kukus 50.91a
S. Asam 52.06b
S.Biologi 57.78d
Tepsil 57.28d
abcdefg Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris atau kolom menunjukkan perbedaan (P<0,05)
Tingginya protein tepung keong rawa yang diolah dengan menggunakan metode biologi diduga karena ada kegiatan mikroba dalam hal ini Lactobacillus sp pada bahan organik yang digunakan. Adanya mikroba-mikroba ini diduga turut menyumbangkan protein pada bahan pakan yang difermentasi. Menurut Harjo dkk (1989) penggunaan bakteri asam laktat pada bahan padat dalam proses fermentasi akan meningkatkan protein sekitar 14- 18% lebih besar dari bahan sebelum difermentasi.
Energi Metabolis (kkal/kg)
Rataan Energi metabolis keong rawa “kalambuai” hasil olahan disajikan pada Tabel 3. Nilai energi metabolis keong rawa spesies P.Glauca memperlihatkan energi metabolis lebih tinggi dibanding keong rawa spesies P.Canaliculata, hal ini menunjukkan bahwa spesies P.Glauca lebih efisien digunakan. Lebih efisiennya keong rawa spesies P.Glauca karena struktur keong rawa tersebut lebih sedikit lebih lunak dibanding dengan P.Canaliculata.
Tabel 3. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Energi Metabolis Tepung Keong Rawa “Kalambuai”
Perlakuan Nilai energi metabolis (kkal/kg)
Jenis Keong :
1. P.Glauca
2. P.Canaliculata
Signifikansi
2941.486b
2882.573a
**
Metode Pengolahan :
Kukus
S.Asam
S.Biologi
Tepsil
Signifikansi
2763.504a
2964.670b
2952.437b
2967.507b
**
ab Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris atau kolom menunjukkan perbedaan (P<0,05)
Berdasarkan metode pengolahan, nilai energi metabolis terendah terdapat pada perlakuan keong rawa yang diolah dengan metode dikukus, sedangkan keong rawa yang diolah dengan metode silase asam, biologi dan tepsil tidak berbeda nyata. Diduga ketiga metode tersebut, terjadi penguraian zat-zat yang menghalangi kecernaan seperti tanin yang terdapat di dalam tepung keong rawa menjadi hilang, sehingga komponen zat-zat gizi yang terdapat dalam tepung keong menjadi mudah dicerna. Sejalan dengan pendapat Mc Donald (1978) dan Williams et al ., (1990), bahwa daya cerna merupakan faktor yang mempengaruhi energi metabolis pakan, daya cerna yang rendah menyebabkan banyak energi yang hilang melalui feses.
Tabel 4. Interaksi Spesies dan Metode Pengolahan terhadap Nilai Energi Metabolis Tepung Keong Rawa “Kalambuai”
Jenis keong
Energi Metabolis akibat pengolahan (kkal/kg)
Kukus (K)
Silase asam
(A)
Silase Biologi (B)
Tepsil
(T)
Spesies “Pomacea Glauca”
2783.02a 2948.77b 3076.44c 2957.72b
Spesies “Pomacea canaliculata”
2743.99a 2980.57bc 2828.44a 2977.29bc
abc Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris atau kolom menunjukkan perbedaan (P<0,05)
Secara umum baik P. Glauca maupun P. Canaliculata yang diolah dengan silase dan tepsil nilai energi metabolisnya meningkat dibandingkan dengan yang dikukus. Perbedaan ini erat hubungannya dengan komposisi nutrient dari masing-masing perlakuan disamping berbedanya metode pengolahan keong tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
Secara umum pengolahan keong rawa yang diolah dengan metode silase biologi memiliki nilai pakan yang terbaik ditinjau dari kandungan dan nilai energi metabolis.. Spesies P. Glauca mengandung protein lebih tinggi dibandingkan spesies P. Canaliculata
Saran-saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan disarankan Untuk mendapatkan hasil olahan terbaik keong rawa dapat diolah dengan metode silase biologi.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor, hal : 61-63
Anonim, 1999. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Tingkat I Kalimantan Selatan Tahun 1999/2000. Dinas Peternakan Tingkat I Kalimantan Selatan. Banjarbaru-Kalimantan Selatan, hal : 36
Antawidjaja, T., Bintang, I.A.K. Supriyati., Sinurat, A.P. dan Kompiang, I.P. 1997. Penggunaan Ampas Kirai (Metroxylon Sago) dan Hasil Fermentasinya sebagai Bahan Pakan Itik Yang sedang Tumbuh. Jurnal Ilmu ternak dan Veteriner 2 (3) : 175-180.
AOAC, 1990. Official Methods of Analysis Association of Official Analytical Chemists. Method. Washington D.C. pp. 15-982 ; 1096-1098
Dharmawati, S. 2004. Pengaruh Pengolahan terhadap Kandungan Tanin dan Asam Amino Keong Mas. Hasil Penelitian. Faperta Uniska Banjarmasin.
Dharmawati, S, 2006. Pengaruh Pengolahan Keong Rawa “Kalambuai” terhadap Nilai Energi Metabolis dan Kecernaan Protein Serta Implikasinya pada Ayam Broiler. Hasil Penelitian. Faperta Uniska Banjarmasin.
Harjo, S., Indrasti, N.S., Bantecut, T. 1989. Biokonversi Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Dirjen Dikti. PAU Pangan dan dan Gizi. IOB. Bogor. Hal 90-103.
Maynard, A.L., Loosli, K.J., Hinzt, H., and Warner, G.R. 1980. Animal Nutrition. Seventh Edition. Mc Graw – Hill Book Company, Philippine. pp. 136 – 416.
Riani, E. 1992. Beberapa Aspek Keong Murbei (Pomacea sp). Tesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Sibbald, I.R. and P.M. Morse, 1983. Effect of Nitrogen Correction and of Feed Intake on True Metabolizable Energy Value. Poultry Sci. 62 : 138-142.
Steel, R.G.D. and Torrie, J.H. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika (Suatu Pendekatan Biometrik). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal : 48 – 233.
Udoh, A.P. E.O. Akpanyung dan I. E. Igiran, 1994. Nutrients and Anti Nutrient in Small Snails. Departemen of Chemistry and Biochemistry. University of UYO. Uyo Akwa, Ibon State. Nigeria. pp. 124-125
Wahju, J. 1994. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal : 14-23
Williams, G. dan W. J. A. Payne, 1990. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sumber Tulisan : http://tulisandharmawati.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar