Kamis, 07 Februari 2013
Browse Manual »
Wiring »
Resensi Buku
»
Dusta Industri Pangan
Bahwa bioteknologi adalah pemecahan bagi masalah kurang pangan yang sangat ramah lingkungan serta ramah manusia, selalu digembar-gemborkan oleh industri-industri transnasional. Salah satu industri yang merupakan kapitalis dunia tersebut adalah Monsanto.
Monsanto telah menciptakan benih yang telah dimodifikasi genetika sedemikian rupa /Genetically Modifiet Organism (GMO) sehingga hanya dapat digunakan sekali pakai. Hasil pemodifikasian yang disebut Terminator tersebut membuat petani nelangsa, karena setiap kali menanam harus membeli benih lagi. Pemandulan yang jelas akan mengurangi kekayaan plasma nutfah di dunia ini, sebenarnya diciptakan untuk mendukung pestisida-pestisida buatan mereka. Terminator sangat resisten terhadap pestisida.
Kekejaman lain yang dilakukan Monsanto adalah pemberlakuan hak paten bagi varietas-varietas yang tidak sepantasnya dipatenkan, karena varietas-varietas tersebut telah dibudidayakan oleh petani selama berabad-abad. Hak paten jelas membunuh hak petani, mereka dilarang membudidayakan benih yang telah berlabel tanpa ijin. Bila ternyata petani didapati menggunakannya walau tanpa sengaja, maka mereka akan mendapat sanksi dari Monsanto.
Tidak itu saja, Monsanto juga bertanggung jawab dengan Agent Orange, sebuah senjata kimia pertama yang diciptakan saat perang Vietnam. Selama 10 tahun, pesawat Amerika telah menebarkan 41.635.000 liter Agent Orange di hamparan seluas hampir dua juta hektar hutan dan sawah. Penghancuran yang diakibatkan benar-benar luar biasa, ekologi dan pertanian terancam, 43% wilayah pertanian menjadi teracuni, pencemaran air dan tanah, serta pada manusia menyebabkan kanker dan cacat bawaan lahir pada janin.
Selama ini banyak cara yang dilakukan oleh Monsanto, mulai dari promosi-promosi dengan pemberian benih kepada petani secara cuma-cuma, pemasangan spanduk hingga mencari dukungan dari pemerintah. Dan saat ini negara-negara bagian Selatanlah yang menjadi sasaran invasinya, karena negara-negara Selatan memiliki kurang lebih 90% kekayaan plasma nutfah. Namun demikian, petani negara Selatan yang menyadari hal tersebut telah melakukan perlawanan, antara lain perlawanan petani Fhilipina, Eropa hingga pembakaran ladang para petani India.
Mereka terus melawan dan menyerukan bahwa masalah kelaparan adalah karena adanya ketidak adilan dalam akses terhadap tanah, pasar, kredit, teknologi, infrastruktur dan kekuatan politik. Keanekargaman hayatilah yang membuat pertanian berkembang dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan penduduk berabad-abad, alam ibarat lemari penyimpan di planet ini. Petani adalah ilmuwan yang pandai menyeleksi varietas dengan lebih mengenal lingkungan dari pada yang duduk di laboratorium.
Semua dusta-dusta yang dilakukan oleh kaum kapitalis berkedok agribis berbasis ekologis itu terkuak secara tuntas di buku “Dusta Industri Pangan : Penelusuran Jejak Monsanto”. Begitu membaca buku ini, emosi pembaca dapat bangkit, betapa tidak? Monsanto dapat menghilangkan selera makan karena menyajikan di piring kita sebuah menu bersaus “Teknologi Tinggi” yang sangat berbahaya.
Kelebihan dari buku ini adalah adanya data dan fakta yang berasal dari berbagai sumber, dari surat kabar, dari hasil simposium, dan sebagainya. Selain itu dituliskan pula kutipan pembicaraan para petani dan dari pihak Monsanto. Sebagai pendukung penulis menampilkan lampiran-lampiran tentang iklan yang disampaikan Monsanto, kutipan surat kabar hingga lampiran alamat internet penting.
Penulis juga sepertinya ingin memberikan sebuah solusi, dengan menampilkan data tentang keberhasilan pertanian organik di daerah Pulau Mindanao yang dulunya juga telah bergantung pada benih Monsanto. Namun dengan upaya keras petani bersama LSM serta ilmuwan mampu melawan Monsanto dan membuktikan bahwa pertanian organik dapat lebih memberi keuntungan baik segi ekonomi maupun ekologi. Bagaimana petani harus menghimpun kekuatan untuk menentang para kaum kapitalis beserta produk bioteknologi yang berbahaya.
Buku ini begitu berani menguak kecurangan Monsanto, karena sarat dengan informasi yang selama ini mungkin belum terkuak. Penulis juga sepertinya ingin mengajak pembaca agar lebih menyikapi masalah bioteknologi dan kaum kapitalis. Namun demikian banyak istilah-istilah ilmiah yang mungkin sulit untuk dipahami oleh pembaca umum. Buku ini memang sepertinya khusus untuk mahasiswa pertanian agar berwawasan luas.
Dusta Industri Pangan
Judul Buku :
Dusta Industri Pangan :
Penelusuran Jejak Monsanto
(Nourrir le monde ou I’agrobusiness)
Penulis :
Isabelle Delforge
Penerbit :
REaD Book,
Cetakan I, 2003
Tebal :
xxvi + 221 halaman
Dusta Industri Pangan :
Penelusuran Jejak Monsanto
(Nourrir le monde ou I’agrobusiness)
Penulis :
Isabelle Delforge
Penerbit :
REaD Book,
Cetakan I, 2003
Tebal :
xxvi + 221 halaman
Peningkatan produksi pangan tidak selalu sejalan dengan meningkatnya kemakmuran. Bayangan kemakmuran yang dijanjikan oleh perusahaan transnasional atas penguasaan bioteknologi, ternyata hanya dusta belaka.
Monsanto telah menciptakan benih yang telah dimodifikasi genetika sedemikian rupa /Genetically Modifiet Organism (GMO) sehingga hanya dapat digunakan sekali pakai. Hasil pemodifikasian yang disebut Terminator tersebut membuat petani nelangsa, karena setiap kali menanam harus membeli benih lagi. Pemandulan yang jelas akan mengurangi kekayaan plasma nutfah di dunia ini, sebenarnya diciptakan untuk mendukung pestisida-pestisida buatan mereka. Terminator sangat resisten terhadap pestisida.
Kekejaman lain yang dilakukan Monsanto adalah pemberlakuan hak paten bagi varietas-varietas yang tidak sepantasnya dipatenkan, karena varietas-varietas tersebut telah dibudidayakan oleh petani selama berabad-abad. Hak paten jelas membunuh hak petani, mereka dilarang membudidayakan benih yang telah berlabel tanpa ijin. Bila ternyata petani didapati menggunakannya walau tanpa sengaja, maka mereka akan mendapat sanksi dari Monsanto.
Tidak itu saja, Monsanto juga bertanggung jawab dengan Agent Orange, sebuah senjata kimia pertama yang diciptakan saat perang Vietnam. Selama 10 tahun, pesawat Amerika telah menebarkan 41.635.000 liter Agent Orange di hamparan seluas hampir dua juta hektar hutan dan sawah. Penghancuran yang diakibatkan benar-benar luar biasa, ekologi dan pertanian terancam, 43% wilayah pertanian menjadi teracuni, pencemaran air dan tanah, serta pada manusia menyebabkan kanker dan cacat bawaan lahir pada janin.
Selama ini banyak cara yang dilakukan oleh Monsanto, mulai dari promosi-promosi dengan pemberian benih kepada petani secara cuma-cuma, pemasangan spanduk hingga mencari dukungan dari pemerintah. Dan saat ini negara-negara bagian Selatanlah yang menjadi sasaran invasinya, karena negara-negara Selatan memiliki kurang lebih 90% kekayaan plasma nutfah. Namun demikian, petani negara Selatan yang menyadari hal tersebut telah melakukan perlawanan, antara lain perlawanan petani Fhilipina, Eropa hingga pembakaran ladang para petani India.
Mereka terus melawan dan menyerukan bahwa masalah kelaparan adalah karena adanya ketidak adilan dalam akses terhadap tanah, pasar, kredit, teknologi, infrastruktur dan kekuatan politik. Keanekargaman hayatilah yang membuat pertanian berkembang dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan penduduk berabad-abad, alam ibarat lemari penyimpan di planet ini. Petani adalah ilmuwan yang pandai menyeleksi varietas dengan lebih mengenal lingkungan dari pada yang duduk di laboratorium.
Semua dusta-dusta yang dilakukan oleh kaum kapitalis berkedok agribis berbasis ekologis itu terkuak secara tuntas di buku “Dusta Industri Pangan : Penelusuran Jejak Monsanto”. Begitu membaca buku ini, emosi pembaca dapat bangkit, betapa tidak? Monsanto dapat menghilangkan selera makan karena menyajikan di piring kita sebuah menu bersaus “Teknologi Tinggi” yang sangat berbahaya.
Kelebihan dari buku ini adalah adanya data dan fakta yang berasal dari berbagai sumber, dari surat kabar, dari hasil simposium, dan sebagainya. Selain itu dituliskan pula kutipan pembicaraan para petani dan dari pihak Monsanto. Sebagai pendukung penulis menampilkan lampiran-lampiran tentang iklan yang disampaikan Monsanto, kutipan surat kabar hingga lampiran alamat internet penting.
Penulis juga sepertinya ingin memberikan sebuah solusi, dengan menampilkan data tentang keberhasilan pertanian organik di daerah Pulau Mindanao yang dulunya juga telah bergantung pada benih Monsanto. Namun dengan upaya keras petani bersama LSM serta ilmuwan mampu melawan Monsanto dan membuktikan bahwa pertanian organik dapat lebih memberi keuntungan baik segi ekonomi maupun ekologi. Bagaimana petani harus menghimpun kekuatan untuk menentang para kaum kapitalis beserta produk bioteknologi yang berbahaya.
Buku ini begitu berani menguak kecurangan Monsanto, karena sarat dengan informasi yang selama ini mungkin belum terkuak. Penulis juga sepertinya ingin mengajak pembaca agar lebih menyikapi masalah bioteknologi dan kaum kapitalis. Namun demikian banyak istilah-istilah ilmiah yang mungkin sulit untuk dipahami oleh pembaca umum. Buku ini memang sepertinya khusus untuk mahasiswa pertanian agar berwawasan luas.
S.K Mahiruni
Sumber resensi :Majalah Canopy, Edisi 44, Februari 2004
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar